Skip to main content

sendang kun gerit

Berada di pelosok desa Jatibatur, kecamatan Gemolong, kabupaten  Sragen. Berawal dari mimpi anak-anak desa untuk meningkatkan kualitas hidup dan memanfaatkan potensi Desa.  Dibangun secara gotong royong oleh Pemerintah Desa dan masyarakat Jatibatur, dan dikelola oleh Bumdesa Sumber Rejeki Jatibatur. 

Menyuguhkan sebuah pemandian dengan pemandangan yang eksotik,unik,etnik,dan asik, berasal dari sumber mata air  alami warisan dari leluhur ratusan tahun  yang lalu yang digunakan untuk pengobatan. Sumber air yang jernih segar dan menyehatkan berada di pedesaan yang alami,asri,bersih,dan menyenangkan. 

Dilengkapi dengan aneka kuliner yang memanjakan lidah dari bahan-bahan asli desa yang diolah oleh tangan-tangan terampil warga desa. Sendang Kun Gerit, menjaga adat budaya, alam dan kita.


Pemandian Sendang Kun Gerit Berada di dukuh Sidorejo RT 02, Jatibatur, Gemolong Sragen. memiliki luas keseluruhan ±6.000 m2, terdiri dari Tanah OO seluas ± (dalam proses Sertifikat Hak Milik Desa di BPN) dan tanah SHM Warga 4.000 m2. Terdapat kolam dengan luas ±750 m2 dengan kedalaman kolam 40 cm seluas 135m2, 90cm seluas 195m2, 1,5 m seluas 195m2 dan 1,75 m seluas 225m2 . Sumber air  berasal dari mata air Sendang Kun Gerit

dilengkapi dengan taman bermain, alat olah raga outdoor, tempat senam, rumah makan, pendopo dan fasilitas umum seperti kamar mandi dan bilas, musholla, gazebo, kursi taman dll. 

Pemandian Sendang Kun Gerit dibangun karena keinginan masyarakat Desa Jatibatur untuk memajukan Desa Jatibatur yang kurang maju dan potensi alam yang kurang baik dengan mengoptimalkan potensi desa yang ada, salah satu potensi yang dimiliki adalah mata air Sendang Kun Gerit. 

Melalui Musyawarah Dusun dan diteruskan ke Musyawarah Desa lalu tercantum dalam RPJMDes 2020-2026 Pemerintah Desa dan Masyarakat Desa Jatibatur sepakat untuk menjadikan Sendang Kun Gerit sebagai obyek wisata desa Pemandian Sendang Kun Gerit. Melaui Perdes No.06 Tahun 2021 Pengelolaan dan pembangunan obyek wisata desa Pemandian Sendang Kun Gerit diserahkan kepada BUMDesa Sumber Rejeki Jatibatur.

BUMDesa Sumber Rejeki Jatibatur kemudian menggalang gotong royong dari masyarakat berupa uang, barang dan tenaga senilai total Rp. 2.250.000.000 ( dua milyar dua ratus lima puluh juta rupiah) dari 563 masyarakat dengan skema investasi modal usaha BUMDesa dari Masyarakat ( 1 Lembar saham senilai Rp.250.000).

Pemandian Sendang Kun Gerit dikelola dibawah manajemen BUMDesa Sumber Rejeki Jatibatur, dan telah melakukan uji coba pembukaan Pemandian Sendang Kun Gerit sejak tgl 01 Agustus 2022 s/d 31 januari 2023 jumlah pengunjung mencapai 75.730 pengunjung. 

Pemandian Sendang Kun Gerit mampu menyerap tenaga kerja 17 orang karyawan tetap dan ditambah 16 karyawan freelance di hari Sabtu, Minggu dan hari libur,  are parkir 4 orang karyawan tetap dan ditambah 4 freelance di hari Sabtu, Minggu dan hari libur. Sendang Kun Gerit juga menyerap UMKM 27 orang untuk suplay kebutuhan rumah makan dan toko.

Saat ini pemandian Sendang Kun Gerit terus berkembang dengan memanfaatkan tanah warga yang tidak ditanami karena kondisi tanah yang gersang untuk di optimalkan sebagai lahan pendukung Wisata Desa Pemandian Sendang Kun Gerit.


sejarah sendang kun gerit

Sendang Panguripan ini sangat berkaitan erat dengan asal penamaan dukuh Kukun Gerit. Penamaan Sendang Panguripan Kun Gerit tak lepas dari peran seorang tokoh ahli pengobatan yang dikenal dengan nama Ki Ageng Banteng.

Ki Ageng Banteng adalah seorang Sisya (murid) di sebuah Kadewaguruan (tempat mendidik anak muda ) di daerah Brang Wetan (Jawa Timur).  Ki Ageng Banteng diminta oleh Dewagurunya untuk mengembara ke arah barat sampai menemukan sebuah sendang yang terdapat pohon Kukun yang berbunyi karena gesekan (gerit). Setelah mengembara, akhirnya ia menemukan sendang yang dimaksud oleh Dewagurunya itu,dan saat menemukan sendang tersebut Ki Ageng Banteng menyadari kalau sendang itu airnya bisa menyembuhkan luka luar, sendang tersebut lantas dinamai Sendang Panguripan oleh Ki Ageng Banteng. Setelahnya, Ki Ageng Banteng bertempat tinggal tak begitu jauh dari sendang tersebut serta mengobati orang-orang yang sakit sesuai petunjuk Dewagurunya. 

Bunyi gesekan (gerit) dari pohon Kukun di Sendang Panguripan tersebut menimbulkan suara gemerit yang cukup keras sehingga terdengar sampai jauh.Suara tersebut menjadi tanda atau ciri untuk para pedagang atau pejalan kaki yang kebetulan melewati daerah ini. Dahulu,bunyi gesekan pohon itu dijadikan patokan untuk beristirahat dan menambah pembekalan air untuk perjalanan selanjutnya atau hanya sekedar minum air tersebut. Bunyi gesekan dari pohon tersebut sangat khas, sehingga orang-orang menyebut wilayah disekitar sendang Panguripan itu dengan sebutan Kukun Gerit ,lambat laun orang-orang mulai menempati wilayah tersebut dan menamai tempat pemukiman mereka dengan sebutan dukuh Kukun Gerit.

Dukuh Kukun Gerit yang biasanya cuma disingkat Kun Gerit saja, masuk di dalam wilayah desa Jati batur kecamatan Gemolong, kabupaten Sragen, provinsi Jawa Tengah.

Ada sebuah cerita yang lamat-lamat masih diingat oleh sebagian warga yang berkaitan dengan Sendang Panguripan dan Ki Ageng Banteng yaitu tentang peristiwa dengan salah satu Senopati raja Pajang Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir atau mas Karebet,yang sayangnya nama sang senopati  terlupakan.

Pada suatu hari,Sang Senopati menyusul Sultan Hadiwijaya yang sedang berada di Butuh dengan menunggangi kuda. Ia menghindari rute yang melewati Alas Krendowahono yang terkenal angker. Di tengah perjalanan,Sang Senopati diserang oleh beberapa musuh yang menyebabkan terjadinya pertarungan sengit yang dimenangkan oleh Sang Senopati.Sang Senopati melanjutkan perjalanannya dengan tubuh yang terluka parah melewati wilayah Ki Ageng Banteng.

Ki Ageng Banteng membawa Sang Senopati yang kepayahan karena "Tatune arang kranjang" (lukanya banyak sekali) akibat pertarungan beberapa waktu lalu sebelum tiba di Sendang Panguripan.

Di Sendang Panguripan,Sang Senopati di obati oleh Ki Ageng Banteng menggunakan air Sendang,karena khasiat air Sendang,luka-luka Sang Senopati cepat mengering.Setelah beberapa hari dirawat oleh KiAgeng Banteng, nyawa Sang Senopati tak tertolong karena tak hanya luka luar saja yang didapatinya ketika bertarung saat itu tetapi juga luka dalam yang fatal penyebab kematiannya.

Khasiat air Sendang Panguripan yang cepat membuat luka luar cepat mengering ternyata disebabkan adanya pohon-pohon besar yang berkhasiat menjadi antiseptik alami.

Dulu, berbagai macam pohon besar tumbuh disekitar Sendang Panguripan tak hanya pohon Kukun saja,tapi sayangnya sekarang hanya tersisa pohon Klabet (Ficus superba).


Oleh : Tegoeh Pambudi


 

bumdesa SUMBER REJEKI JATIBATUR

Jatibatur adalah sebuah desa di kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen. Secara administratif Desa Jatibatur ada sejak tahun 1880 ditilik dari peta wilayah Gemolong dari Leiden library. Jatibatur Memiliki luas wilayah 337,856 Ha dan  jumlah penduduk pada tahun 2022 sejumlah 3701 jiwa.mendiami 13 Dusun dan 24 RT. Mayoritas masyarakat Jatibatur hidup dari bertani, buruh tani dan buruh kasar. 

Desa Jatibatur Memiliki kontur tanah berbukit dengan jenis tanah beragam, yang didominasi latosol dan regosol. Lahan Pemukiman masyarakat seluas 70ha, sedangkan 160 ha merupakan lahan pertanian tadah hujan dengan jenis tanaman unggulan padi pada musim hujan dan kacang tanah. Sedangkan lebih dari 100 ha tanah yang sulit air oleh masyarakat ditanami kayuan keras seperti jati, bambu, mahoni dll. Wilayah yang luas dan potensi  yang dimiliki Desa Jatibatur belum di garap dengan baik, sehingga lebih dari 50% warga Jatibatur memilih untuk merantau dan tinggal dikota kota besar. Karena jika mengandalkan pertanian konvensional dengan lahan yang ada mereka tidak yakin mampu untuk hidup layak. 

Banyak potensi yang dimiliki oleh Desa Jatibatur yang tidak dimiliki oleh desa desa lain di Kecamatan Gemolong dan daerah sekitar. Bukit-bukit yang ada di dusun Bantengan, disana beberapa kali ditemukan fosil binatang purba berupa banteng purba, gajah purba dan kerbau purba. Dengan jenis tanah berpadas seperti bukit pungkruk layak untuk dijadikan hutan desa berisi pohon pohon buah buahan yang indah, sebagai hutan konservasi tanaman dan binatang liar. Serta beberapa mata air yang ada di Jatibatur diantaranya sendang gantung, sendang jengglong dan sendang kungerit. Sendang kungerit memiliki mata air dengan debit terbesar sekira 16lt/dtk. dimanfaatkan untuk mengairi sawah dimusim kemarau kurang lebih 5ha. 

Dengan potensi yang dimiliki Desa Jatibatur dan sesuai dengan program pemerintah dalam pemanfaatan dan mengoptimalkan aset desa dan upaya untuk mensejahterakan masyarakat, Pemerintah Desa memberikan kewenangan kepada bumdes untuk mengelola dan memanfaatkan aset dan potensi Desa Jatibatur.

Melalui bumdes Desa Jatibatur mulai menggeliatkan perekonomian Desa. Beberapa usaha yang dimiliki antara lain.

1. Internet Desa

 Untuk memenuhi kebutuhan akses internet yang cepat dan murah apalagi ketika pandemi covid melanda. Bumdes bekerjasama dengan masyarakat dan pihak swasta mendirikan usaha internet Desa dengan nama Jaring Desa Jatibatur. Pemodalan berasal dari masyarakat, bumdes dari penyertaan modal Desa dan pihak swasta. Saat ini jaring Desa sudah mencakup 200 lebih pelanggan dan menggunakan 3 orang tenaga kerja dan bumdes memperoleh pendapatan Rp 2.000.000 setiap bulannya. 

2. Pam Desa. 

Desa Jatibatur sudah lama mengalamu kesulitan air. Air sumur sangat dalam dan sumber air jauh dari pemukiman dan berada di lembah yang dalam sulit untuk didistribusikan, maka pemdes mengusahakan pembangunan Pamsimas dari bantuan pemerintah pusat akan tetapi belum mampu mencukupi kebutuhan seluruh masyarakat, untuk itu Bumdes menggalang dana investasi dari masyarakat untuk pembangunan tower air dan pompa air agar bisa didistribusikan ke seluruh masyarakat Jatibatur. 

3. Persewaan Peralatan.

 Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan pemdes, bumdes mengadakan peralatan molen beton, angkong dan pendukungnya. 

4. Pemandian dan Resto Sendang Kun Gerit. 

Sumber air Sendang Kun Gerit digunakan untuk sumber kolam pemandian seluas 970m2. Dana Pembangunan pemandian berasal dari investasi masyarakat dan Bumdes. Dimaksudkan untuk mengoptimalkan potensi Desa juga sebagai ikon agar masyarakat Desa Jatibatur memiliki kebanggaan terhadap tanah kelahirannya. Berasal dari rasa bangga masyarakat akan memiliki etos untuk bekerja dan berkarya dan memperbaiki kehidupan dan lingkungannya. Pengembangan Pemandian Sendang Kun Gerit saat ini sudah cukup banyak, antara lain Camping Ground, Waterboom, Pemancingan Ikan, Villa Glamping, Greenhouse budidaya Melon Golden dan Padukuhan Sukowati yang dibiayai oleh investasi masyarakat yang sampai saat ini mencapai lebih dari 1000 orang investor masyarakat asli Jatibatur.